Selasa, 21 Desember 2010

Refleksi , Resolusi

Hanya waktu
namun lihatlah, berapa banyak yang tergelincir olehnya ?
sebuah refleksi adalah sebuah evaluasi
sebuah kejujuran pada diri sendiri terhadap apa yang telah dilakoni


seberapa banyak potensi yang telah kau gali ?
hitunglah dan bandingkan
dengan seberapa banyak kesia-siaan yang telah kau lalui?
inikah pilihan ?
ya !
karena hati adalah kuasa kita

menangis ?
pun sebuah pilihan
karena dengan begitu hati akan menemukan sosoknya kembali
tak perlu congkak !
sebab hanya akan menambah jelaga hitam yang menyelubungi hati
jujur saja kau akui
jika dalam rentangan waktu ini nafsumu lebih menguasaimu...
dan hargailah dirimu sendiri jika kau sudah merasa menang atas nafsumu itu

tahun...
hanyalah sebuah perhitungan waktu
namun bukan waktu itu sendiri
berusahalah untuk tak terjebak
jangan jadikan ia patokan
tapi jadikan ia peringatan

Resolusi
adalah sebuah harapan
bukan penjeratan
yang menjadikan kita manusia robot
terkekang oleh obsesi-obsesi target
bersedih dengan kegagalan
jangan !
jadikan resolusimu adalah sebuah makna
jangan pula kau kecewa
jika sejarah tak pernah menorehkannya
sebab mungkin...
kita tak dikenal penduduk bumi
namun dikenal oleh penduduk langit...,

*refleksi dan resolusi bagi diri sendiri
--> harapan.semangat.cita-cita.makna.journey.cinta

Rabu, 27 Oktober 2010

Muhasabah

Aku yang tak biasa dan tak suka dengan cuaca panas kali ini terpaksa berdamai dengan alam. Merapi yang meletus membuat cuaca Yogya yang sudah panas menjadi semakin panas. Inginya berdiam diri di DS, namun beberapa amanah mengharuskanku menginjakkan kaki keluar. Belum satu jam berada diluar,bajuku sudah basah oleh keringat. Tiba-tiba saja teringat apa yang dikatakan abi di kelas pagi tadi "panasnya cuaca seharusnya membuat kita bisa merasakan sedikit panasnya neraka", semua tercenung, aku yang sempat terkantuk pun terlonjak.
Ini pertama kalinya bagiku berdekatan dengan bencana. Sepanjang hidupku (alhamdulillah) tak pernah kulihat dahsyatnya bencana alam dengan mata kepalaku sendiri. Tidak banjir, gempa, gunung meletus, apalagi tsunami. Hanya mendengar cerita dan cerita. Cerita ibuku tentang meletusnya gunung galunggung dengan hujan abunya yang tebal, cerita nenekku tentang kejamnya tentara jepang,dan cerita-cerita lain yang tentu menggiriskan. Namun kali ini, begitu dekat. Seharusnya ini menjadi muhasabah bagiku, menjadi alarm tanda bahaya bagi ibadahku yang sering tak sempurna, ampuni hamba Ya Allah ...

Jumat, 15 Oktober 2010

Sunyi *

Merindukan kesunyian
tak perlu berlama-lama, hanya membutuhkan beberapa jenak saja
antara aku dan hidupku
berdialog,menemukan muara atas semua pertanyaan
hendak kubawa kemana semua ini ?

Selasa, 05 Oktober 2010

Sebuah Pesan

Bersabarlah sepahit apapun luka yang tertoreh
Karena hidup terlalu ringkih tanpa pengorbanan
Jadilah seperti rumput yang lemah lembut namun tak luruh meskipun ribut
Jadilah setegar karang didasar lautan yang tak goyang diterjang gelombang
Teguhkan pendirianmu sepanjang hidup dan usiamu
Jangan mudah berputus harapan
Karena tidaklah pantas seorang mukmin berputus asa dari rahmat Allah :)


*jazakillah mba dida sayang...*

Minggu, 03 Oktober 2010

Tegar

Seperti suplir yang tetap kokoh
meski tangan manusia merebutnya dari akar
mencerabutnya dari tempat yang nyaman
ia tak bergeming !
tak merubah dirinya menjadi bunga layu
tak berniat merontokkan daun-daunnya yang indah
ia bunga, dan tetap menjadi bunga
tak peduli sekitar, tak peduli lingkungan
izinkan aku seperti itu Tuhan...
menjadi akhwat istqomah
menjadi akhwat pembelajar


*setelah mendapat bunga suplir dari mba Lala --> Ukhuwah yang indah*

Sabtu, 02 Oktober 2010

Yipi, That is My Ira

Wajah saudariku yang satu ini memang selalu ceria, tak pernah kehabisan tawa meski kadang suka anarkis, he...dia memang istimewa, tahu kapan saat aku butuh nasehat dan tahu kapan saat aku hanya butuh didengarkan. Yang paling membuatku tak mengerti bagaimana dia bisa tahu bahwa dikepalaku sedang bertumpuk banyak pikiran, dan dengan tenangnya dia akan mendengarkanku, hanya mendengarkan ! dan itu sudah sangat membuatku lega. Pernah suatu kali dia membuatku tertawa terpingkal dengan kata-katanya, yang dengan cueknya bilang "awas aja na kalo setiap pulang dari kampus mukamu masih kayak marmut kejepit pintu", hahaha...aku tak bisa menahan tawa ketika itu. Sekali lagi, dia memang istimewa, meski juga anarkis... :)

Dan magrib kemarin aku bertemu dengannya dimasjid. Mba Galuh pemandu kami sampai harus menengahi, karena yah sekali lagi dia mendzalimi diriku, meski kadang gantian, hehe... mau shalat masih ribut berdua, apalagi aku bersebelahan dengannya, maka dengan sigap mba galuh bertukar tempat dengannya. shalat pun bisa dimulai dengan tenang. Imam baru saja membaca surat al fatihah ketika tiba-tiba ku dengar suara berdebum, awalnya kukira itu suara de Hamas yang biasanya bermain-main dibelakang ketika kami sedang jama'ah, tapi kemudian kudengar suara erangan, suara kesakitan ! ya Allah...pikiranku tak lagi fokus ! rupanya saudariku itu yang tengah mengerang kesakitan, asmanya kambuh ! shalat tak mungkin ditinggalkan, beberapa akhwat dengan sigap membantu saudariku itu. selesai shalat kulihat dia terkapar dimasjid, dengan wajah yang lelah, dengan nafas yang tersengal. tak ada yang bisa kulakukan, hanya sebaris doa yang terlantun di hati untuk kesembuhannya. Penyakitnya yang kambuhan itu terkadang membuatku khawatir, tak bisa kubayangkan jika tiba-tiba saja asmanya kambuh saat dia tengah mengendarai motor. ya allah jangan...lebih dari itu sebenarnya Allah tengah memberiku peringatan bahwa seperti asma yang bisa muncul tiba-tiba, kematian pun akan menjemput tanpa permisi, tanpa melihat kita siap atau tidalk.
ah saudariku, bahkan saat tengah kesakitan pun engkau memberiku banyak pelajaran dan hikmah...

*di kelas, kulihat dia sudah tertawa-tawa lagi, dan tetap anarkis, apalgi aku satu kelompok tahsin dan tahfidz dengannya. Tuh kan, waktu lagi setor hafalan masih bisa-bisanya dia menggangguku, dan kali ini mba dida yang beraksi, hehe* peace ya mba...:)

Jumat, 01 Oktober 2010

Beliau...Inspirasiku

Saat-saat seperti ini selalu hadir kerinduan untuk kembali pulang kampung, merindukan suasana yang damai meski alasan yang paling tepat mungkin untuk melarikan segala kegunadahan. dan entah kenapa kemudian terlintas bayang-bayang wajah murobbiyahku yang sekarang nun jauh di Jakarta sana.
Maka aku coba searching dengan mengetik nama beliau di mesin mbah google.
Nothing !

ya sudahlah...bukan rezekiku untuk mengetahui keadaan beliau saat ini, tapi kemudian sebaris nama membuncahkan semangatku. Bukan nama murobbiyahku, melainkan sebuah nama yang cukup ku kenal, Nuha ! aku ingat itu adalah nama putri pertama beliau... kubuka web tersebut, dan benar saja disana tertulis bahwa Nuha adalah putri murobbiyahku. Kubaca artikel itu samapai tuntas, dan seketika buncahan kerinduan itu semakin menjadi.

Sosok beliau yang tenang dan cerdas selalu membuatku iri, mampukah aku meneladani beliau ? seorang muslimah cerdas, teguh memegang prinsip, ibadah yang tak putus hingga kemampuan bermasyarakat yang jempolan. Pun aku tak heran jika sekarang putri beliau menjadi murid teladan...ah, selalu...orang-orang yang membuatku iri adalah mereka yang tak kenal malas, fokus pada orientasi, dan tahu untuk apa mereka disini. Aku iri pada apa yang ada di hati mereka, pada semangat yang menyala-nyala, dan pada kesungguhan mencari cinta-Nya. Mereka telah berhasil (insya allah), dan kini giliranku, akan seperti apa kelak aku membawa diriku, keluargaku dan lingkunganku ? hanya 1 jawaban, berhasil atau gagal...
Ya Allah, persiapanku belumlah apa-apa...

#terngiang kata-kata beliau " de, hati itu tidak akan bisa disentuh kecuali oleh hati yang tulus"

Rabu, 29 September 2010

jejak

Luruh...
kukenang kembali perjalanan hidupku, apa yang kumengerti ?
hanya seuntai doa dalam sujud yang terkadang tak terasa, Semoga Engkau masih berkenan membimbingku ya Rabbi, di atas semua kekhilafanku...
meski sering tak ku pahami semua skenario-mu ini, meski aku merasa terlalu terjal, aku hanya yakin Engkau yang menggenggam hidupku...
izinkan ku kembali, menjejak kembali langkah-langkah kemuslimahanku
meski entah apakah aku mampu
sebab tak lain, aku hanyalah akhwat dengan segudang catatan

Senin, 09 Agustus 2010

Ramadhan Dalam Sepotong Tahu

Entah, sebenarnya aku juga bingung dengan apa hikmah dibalik peristiwa ini, tapi jika ingat kembali selalu membuncahkan kerinduan akan suasana ramadhan dirumah tercinta...
Ramadhan tahun 2007, ramadhan terakhirku yang kulewatkan sepenuhnya dengan orang-orang tercinta di rumah tercinta. Awal ramadhan kala itu, lepas shalat tarawih kulihat pamanku tergesa-gesa menuju rumahku. kehebohan pun terjadi, rupanya bibiku (yang berarti istri pamanku) akan segera melahirkan. Tanpa ba bi bu lagi kami sekeluarga segera menuju kerumah nenek, karena memang paman serumah dengan nenek. si ceriwis Khilda pun ikut serta padahal dia sudah tertidur lelap. Kulihat bibiku sedang meringis-ringis kesakitan. Melihatnya meringis kesakitan begitu aku malah ikut-ikutan meringis juga. Kasihan jelas, tapi apa daya tak ada yang bisa kulakukan. akhirnya bibi dibawa ke bidan terdekat. ibu sebagai yang dituakan ikut menemani bibiku. sementara aku, khilda, teteh, dan kakak iparku menemani nenek. Berita yang kemudian kudengar bukanlah berita yang baik. Bibi harus dibawa ke rumah sakit ! tak lain dan tak bukan karena ada masalah dalan proses persalinannya sehingga harus dioperasi. aku tak begitu tahu persis kenapa. malam itu juga ibu beserta bibi-bibi dan pamanku yang lain membawanya ke rumah sakit. Sementara aku yang awalnya akan menginap di rumah nenek terpaksa harus pulang karena khilda meminta pulang. Jadilah malam itu aku, teteh, khilda dan kakak iparku pulang ke rumah.
Waktu sahur, teteh membangunkanku karena aku terlambat bangun. Baru sadar kalau makanan sisa buka sudah habis. Aku sempat tercenung, trus gimana mau sahur ???
tiba-tiba begitu sampai dimeja makan....apa itu? sayur dengan warna yang aneh dan beberapa potong tahu di atas piring. Siapa yang masak ???dan...what ???teteh masak? hampir megap-megap aku tak percaya. beneran nih ??? beneran pengen ketawa waktu itu...tapi aku tahan.
"udah lo gak usah ketawa, cepetan makan" melihat muka adiknya yang sudah mau meledak tertawa teteh segera memberikan instruksi. teteh yang memang kuliah di jakarta, kadang-kadang masih membawa logat jakartanya, tentu saja hanya ketika berbicara denganku.
Aku manut, kutarik kursi. rupanya khilda pun sudah disana. dia yang biasanya nyerobot duluan kalau makan, kali ini mingkem. kulihat ekspresinya, sama-sama menahan tawa juga. mungkin jika kuterjemahkan seperti ini "jangan makan bi, pasti gak enak. mamah kan gak pernah masak".
tapi akhirnya demi menghargai usaha teteh kusendokan juga piring dan sayur aneh itu...uhuk ! sayur apa ni? mending kalo ada rasanya, ini benar-benar hambar !
"iya, itu gue yang masak. daripada lo gak sahur trus maag lo kambuh mending gue masakin"
"tapi ini apaan sih? emang teteh pake bumbu apa kok rasanya gak jelas gini?" tanyaku, dan kali ini aku benar-benar tertawa terbahak. Sementara kakak iparku cuma mesem-mesem gak karuan
"lo gak lihat? itu kan jamur?"
jamur?
"trus bumbunya pake apaan?"tanyaku lagi
"gak tahu, gue asal ngambil aja. apa yang ada ya gue masukin, yang penting kan jadi"
Gubrak !!!???
kepalaku pening..teteh..teteh...
"udah mending lo makan, keburu imsak entar"
tak yakin dengan sayur itu, aku pun akhirnya makan hanya dengan sepotong tahu, lumayanlah, daripada enggak, hehe
mendapat kesempatan untuk mencela, sepanjang perjalanan sahur itu tak henti aku menertawakannya. aku tak sendirian, khilda dan kakak iparku juga jadi partnerku. Tapi dasar tetehku emang cuek, segala hinaan itu ditanggapinya saja dengan santai...
disaat-saat seperti itu aku jadi merindukan ibu. Duh...kalau ada beliau pasti semuanya berees...
tiba-tiba hpku berdering. Rupanya pamanku mengabarkan kalau bibiku sudah selamat alias sudah melahirkan.
"trus jadi operasi gak?"
"nggak, keburu keluar bayinya"
ding!

ya, sejujurnya aku juga bingung dengan hikmah peristiwa di atas, apaan ya? tapi justru itu yang selalu membuatku rindu akan rumah, apalagi menjelang ramadhan begini. peristiwa-peristiwa kecil, yang mungkin biasa, tapi ternyata begitu istimewa.hfff...ini ramadhan ketiga, yang kulewatkan di negeri orang...
Memang, tak akan pernah ada yang mengalahkan rumah sendiri, bahkan istana termewah sekalipun. dan sekarang, andai saja boleh meminta, hanya satu hal yang aku inginkan, melewatkan ramadhan setidaknya hari pertama dengan ibu, dua keponakan tercinta, teteh dan kakak ipar di rumah. tapi rasanya tak mungkin, hiks...

Kamis, 05 Agustus 2010

Ironi

Awalnya aku pikir ini hanya gambaran kecil saja, tapi sepertinya pikiran itu harus ditinjau lagi...

Suatu hari di semester 4, tanggalnya lupa...
Kuliah siang hari yang bikin gerah sejujurnya terkadang menerbitkan rasa enggan untuk beranjak ke ruang kelas. Namun apa daya, SPP sudah dibayar, kegiatan lain pun tak ada, maka tak ada pilihan lain selain bertemu dengan sang dosen diruang kelas. Sebelum menunaikan kewajiban untuk belajar, kutunaikan dulu kewajibanku pada-Nya, shalat dzuhur.
Mushola cukup ramai,apalagi tempat akhwat yang memang cukup sempit membuat keadaan cukup sesak. Karena dikejar waktu kuliah mau tak mau aku pun harus segera melaksanakan kewajibanku itu. Padahal jika tak ada kuliah, aku lebih suka menunggu keadaan agak sepi dulu baru shalat (entahlah, pikiran ini salah atau tidak). Shalat agak terburu-buru, benerin jilbab juga terburu-buru, dan terburu-burulah pula aku melangkahkan kaki keluar mushola. Namun....aku berhenti seketika. didepanku seorang ibu tengah menunaikan shalat. Bukan apa-apa, aku melihat suatu keganjilan. Ibu itu memakai mukena, tapi hanya mukena atasannya saja! otomatis aurat dikakinya terbuka dan dapat dilihat siapapun, meskipun ibu itu memakai rok panjang. aku tercengang...
aurat itu... bukankah berarti shalatnya tidak sah ???
kepalaku pening, baru kali ini kulihat hal seperti itu

Rabu, 04 Agustus 2010 setelah rapat OC PPSMB
Kali ini juga agak grasa-grusu aku datang ke kampus. Sebelumnya aku tidak bisa datang untuk briefing pemandu karena harus bertemu dengan seorang teman, urgent. hujan yang deras cukup menghambatku untuk kembali ke kampus,padahal jam 4 sore itu aku harus datang dalam rapat OC PPSMB. maka begitu hujan mulai reda aku dan temanku buru-buru meluncur ke kampus, meski dengan pakaian yang cukup basah. Teringat belum shalat ashar aku pun segera melangkahkan kaki menuju mushola. "daripada shalatnya entar-entar, ga tau deh selesai rapat jam berapa" begitu pikirku dalam hati.
Mushola sepi, hanya sepasang sepatu dengan hak yang cukup tinggi kulihat di depan mushola. karena tak mungkin menitipkan tas pada siapapun, maka kuputuskan tas kubawa sembari mengambil wudhu. Ketika hendak takbiratul ihram, lagi-lagi aku tercengang. disampingku seorang ibu tengah menunaikan shalat dengan rambut (tepatnya poni) yang tergerai keluar. Ups ! jika dilihat dari tatanannya, aku yakin poni itu bukan tidak sengaja terlihat melainkan memang sengaja ditata seperti itu. aku meringis dalam hatoi "iya sih bu kalo mau shalat itu harus rapi, indah, enak dipandang, tapi bukan dengan memperlihatkan aurat " sejujurnya bingung, antara ingin tertawa atau tersenyum kecut.

Hmm...ya, awalny aku pikir hanya beberapa gelintir orang saja yang belum memahami mengenai wajibnya menutup aurat ketika shalat. tapi setelah melihat dua kejadian diatas dan kejadian-kejadian lain yang serupa, pikiranku terbuka. rupanya pr itu masih banyak.mmm...aku pikir penting untuk menempel semacam slogan atau apalah di mushola akhwat tentang shalat, terutama mengenai aurat.

Senin, 02 Agustus 2010

Trip

Hello..Nice to meet you
My name is Alexandra Cocella, call me Alex
(kemudian aku memperkenalkan diri)
Oh, i'm in law too..
(aku senang dan penasaran)
Do you know Sorbonne University ? i'm studying there, in faculty of law Sorbonne University
(sesaat aku tak bisa bernafas, Sorbonne University???apa aku tak salah dengar???)
oh great! if you continue your study there, you can call me
(dalam hati aku berkali-kali bilang amin...amin...)


*sekilas percakapan di ViaVia*

Harga Diri Perempuan

Entah bagaimana ekspresiku saat itu, ruang perpustakaan yang sepi membuatku bebas menggambarkan apa yang tengah kubaca. Sebuah skripsi ! tak bermaksud menyombong, tak bermaksud pula untuk sekedar gaya, aku hanya tertarik dengan judul skripsi itu, ketika aku tengah menyusuri rak-rak buku di perpustakaan kampusku tercinta. Jugun ianfu ! 2 kata itu yang menarik perhatianku. Rasanya aku pernah membaca atau mendengarnya, tapi aku lupa. Merasa penasaran kutarik skripsi itu. Rupanya itu judul skripsi Mba Lili Oktari, mahasiswi fakultas hukum angkatan 2005 jurusan hukum internasional. Hmm…aku yang memang sudah tertarik dengan hukum internasional menjadi semakin tertarik.

Lembar demi lembar kubuka. Semakin banyak aku membaca, aku semakin ingin menangis. Ya, sebab skripsi itu mengangkat kisah para jugun ianfu dimasa penjajahan jepang dulu. Jugun ianfu adalah sebutan bagi para perempuan pelacur dimasa itu. Para perempuan yang dipaksa melayani para lelaki bejat untuk memuaskan nafsu binatang mereka. Tentu saja para perempuan itu tidak dengan sukarela menyerahkan diri begitu saja.Kebanyakan dari mereka bisa menjadi jugun ianfu karena ditipu, dipaksa, bahkan diseret begitu saja ketika tengah berjalan. Allah…dimana rasa kemanusiaan ? bukan saja diri mereka yang menjadi korban, bahkan keluarga pun tak luput dari sasaran mereka. Ada seorang gadis yang tiba-tiba diseret ketika tengah berada dihalaman rumahnya. Sang ayah yang melihat hal itu serta merta menolong anak gadisnya, dan para prajurit jepang yang bengis itu pun dengan serta merta menebas leher sang ayah. Allah…sampai disini dadaku sesak,,,ngeri membayangkan situasi saat itu namun juga tersenyum untuk suatu kebenaran, cinta ayah pada sang anak yang tak ternilai…
Para jugun ianfu itu tentu saja tak diperlakukan secara manusiawi. Selain tak mendapat tempat yang layak, mereka juga dipaksa “bekerja” hampir sepanjang hari hingga banyak dari mereka yang rahimnya rusak, tak mendapat kebebasan sedikitpun karena kemanapun pergi mereka selalu dikawal agar tak kabur, belum lagi pandangan dari masyarakat yang menganggap mereka sebagai perempuan nakal. Padahal sungguh, bukan mereka yang menginginkan itu semua. Lepas penjajahan Jepang, sebagian besar dari mereka tak bernasib baik. Keluarga sudah tak ada, masyarakat tak mau menerima, akhirnya hidup terlunta-lunta, menumpang hidup pada orang lain, bahkan sampai harus tinggal dibekas kandang hewan. Sementara itu, pihak pemerintah penjajah yang seharusnya bertanggung jawab tak bereaksi apa-apa. Tak ada ganti rugi, tak ada perlindungan yang layak, bahkan permohonan maaf pun tidak. Padahal sungguh, para jugun ianfu itu tak hanya menderita secara fisik, namun juga secara batin. Hidup mereka kacau,ya hanya 5 kata yang bisa menggambarkannya, K-A-C-A-U..

Kemudian sebuah ironi muncul. Kebejatan saat ini bukan hanya dilatarbelakangi motif ekonomi, namun memang karena tak ada lagi perasaan malu. Jika dulu para perempuan sungguh perkasa mempertahankan kehormatannya, maka kini semakin banyak yang berlomba mengabadikan perbuatan bejat mereka. Ada apa ini ??? jika dulu para perempuan itu menjadi jugun ianfu karena terpaksa, maka kini banyak yang rela menyerahkan dirinya begitu saja demi selembar uang. Hfff…dimana harga diri seorang perempuan ??? Aku sungguh tak mengerti..

Rasa sesak itu tak berhenti…suara telepon membuyarkan lamunanku, suara ibu diseberang sana. Dengan khidmat beliau menuturkan pesannya, hingga satu pesannya yang sebenarnya sudah berulang kali kudengar tapi kali ini terasa berbeda “ jaga diri baik-baik nak, jangan sembarangan bergaul,ibu percaya padamu tapi perasaan orang tua tak bisa dibohongi, dimanapun kamu berada orangtua pasti cemas, apalagi kamu bungsu, perempuan pula, jaga diri baik-baik, jangan sia-siakan kepercayaan ibu.kamu sekarang tanggungjawab ibu” deg…kata-kata itu begitu menghujam. Tak lama kemudian ibu bercerita tentang keadaan kampungku, keadaan teman-temanku. Banyak dari mereka yang sudah menikah, namun banyak pula dari mereka yang menikah karena terpaksa, karena sudah “menabung” dulu sebelumnya. Miris…kubayangkan wajah-wajah polos kami ketika SD dulu. Kelu rasanya membayangkan sahabat-sahabat baikku itu. Namun aku tahu, tak pantas membebankan semua kesalahan pada mereka. Ini seperti lingkaran setan, entah dimulai dan berakhir dimana. Televisi yang bannyak menipu, membuat para perempuan tak pernah nyaman dengan diri mereka, rambut rontok malu, kulit hitam malu, semuanya serba tak nyaman,hingga sekarang bisa kita lihat efek dari semua itu. Para perempuan berlomba mempercantik diri, namun malu mempercantik hati. Jilbab dikatakan penghalang, berhijab dibilang kuno.
Apakah ini semacam pergesaran nilai ? entahlah, perlu sebuah penelitian khusus untuk itu nampaknya.

“Apakah benar emansipasi berarti bebas tanpa batas ?
Jika seperti itu, dari sisi mana kita bisa menilai harga diri seorang perempuan ?
Jangan jadikan euphoria sebagai sebuah alasan
Jika memang mau terjun bebas, silahkan terjun sendiri saja !
Karena Perempuan Indonesia adalah para perempuan tangguh
Hingga Belanda saja dibuat kocar-kacir oleh Cut Nyak Dien”



(untuk diri sendiri, evaluasi semuanya nina.. benarkah semua tindakanmu ini ???
Harga dirimu, kamu sendirilah yang menentukan…)

Rabu, 28 Juli 2010

So, Don't Judge a Book by It's Cover

Aku pecinta buku, ya!
minta hadiah pengennya buku, pernah ngambek gara-gara buku (gak sengaja) disobekin temen,sering ditegur ibu karena baca buku sambil makan (bukan makan sambil baca),gak tahu temen lagi bak bik buk berantem gara-gara lagi baca buku !(yang ini emang keterlaluan),sampai teteh bilang kalau pacarku itu buku, haha...

Dan ini petualanganku yang lain dengan buku.
Bosan dengan buku-buku chicklit yang sekarang banyak beredar, aku memutuskan untuk mulai mencari buku-buku "lama". Karena sebegitu seringnnya orang mengatakan jika karya-karya sastra lama sangat berkualitas, aku pun tergoda untuk membacanya.maka mulailah aku bergerilya. Mulai dari pinjem ke temen,nyari di toko buku, sampai searching ebook (dan ini yang paling membuahkan hasil). Dari beberapa karya yang pernah kubaca maka Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruklah yang paling berkesan bagiku.

Awalnya, novel ini begitu aneh bagiku. Penuh dengan deskripsi-deskripsi tempat yang sulit kugambarkan, sampai jalan ceritanya itu sendiri yang tidak aku mengerti. bertabur hal-hal mistis,novel ini sempat membuatku muak dan aku hujat. Sebab ceritanya penuh dengan hal-hal (maaf) hubungan laki-laki dan perempuan. aku pun sempat protes pada seorang mahasiswi sastra, kenapa cerita seperti ini dikatakan berkualitas dan mendapatkan banyak penghargaan, bahkan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Aku tak habis pikir macam apa sebenarnya Ahmad Tohari itu.Sempet kecewa dan "ngambek" aku tak mau lagi meneruskan membaca novel itu. Tapi ternyata embel-embel "best quality" tetap membuatku bertahan untuk meneruskan 2 novel selanjutnya, Jentera Bianglala dan Lintang Kemukus Dini Hari.Hampir mencapai akhir trilogi novel ini aku masih belum menemukan pesan apa yang sebenarnya ingin disampaikan penulis. Benar-benar frustasi hampir saja ingin kubanting laptopku (karena aku baca novel ini lewat e-book). hfffffff....

Dan ternyata...Oh My God ! aku memang benar-benar awam sastra ! aku baru ngeh dengan pesan novel itu setelah membaca keseluruhan novelnya.Pesan yang begitu dalam , kira-kira seperti ini "wujud cinta dan kasih sayang itu bukan dengan membiarkan orang/hal yang kita cintai tetap berkubang dalam kebodohan,kemiskinan, ketidaktahuan tapi menjadikan cinta itu sebagai kekuatan penggerak untuk bisa mengubahnya menuju suatu keadaan yang terbaik"
So, don't judge a book by it's cover !
Total dalam berkarya, selesaikan ketika membaca, hehe
(Aku memang cinta buku, tapi ternyata aku awam sastra... )

Kamis, 17 Juni 2010

Ayah











Untuk Ayah...
yang tak sempat melihatku dewasa.
Aku rindu
dan dengan kata apa lagi aku harus menggambarkan kerinduan ini
Tahukah ?
jiwaku pincang, mencari mengais pegangan yang tak lagi ada


Ayah...
bagaimana kabar "disana"?
adakah engkau sedang tidur dengan senyuman ?
kuharap...
do'a-do'aku terus mengalir menemanimu






Ayah...
lihat anakmu,
ada sebuah asa, kelak bisa kupakaikan mahkota di atas kepalamu, juga di atas kepala ibu...
aku tahu
ini bukanlah sastra yang indah
hanya sebaris dua baris kata yang lugu
yang tak bisa kupoles lagi
sebab memang begini adanya
hanya ingin kukatakan dengan jujur
tanpa ada kiasan, tanpa perlu metafora
bahwa aku
sungguh merindukanmu...


Aku rindu sosokmu
aku rindu penjagaanmu
aku rindu menjadi anak kecilmu
aku rindu lengan pelindungmu
aku rindu...
sungguh rindu...

Motivasi

Hey...ada apa ini?
kenapa aku jadi malas begini?
tak punya motivasikah? tak punya cita-citakah?
rasanya tidak juga.
jadi, apa yang salah?
aku tak tahu...
mungkin hanya jenuh dengan semua rutinitas yang ada
mungkin juga ada keinginan untuk menengok "dunia luar"

Selasa, 15 Juni 2010

Mentari Kecilku



Khilda Ayu Lengkanawati (Khilda) dan Azniar Mutiara Puspaningtyas (Tiara)
Ini dia dua mentari kecilku yang telah mengobati rasa rinduku akan kehadiran seorang adik.
Sungguh jika Allah berkenan, aku ingin kelak menjadi jalan bagi mereka untuk memahami kehidupan,..bersama-sama meraih ridhonya...

Jumat, 11 Juni 2010

Rindu menulis

Hmm...sudah berapa lama ya?
terakhir kuingat saat kelas 3 SMA, itu berarti hampir 3 tahun yang lalu...
hfff....
itu terakhir kalinya aku berjibaku dengan sederet huruf-huruf dilayar komputer, menenangkan jantung yang berpacu tidak karuan karena dikejar deadline (dan hampir setiap lomba selalu terkirim pas deadline!), mencari keping-keping pemahaman baru yang jauh, nun jauh di luar duniaku...

dan kini...
kerinduan itu menggebu-gebu !!!
aku ingin kembali menulis !
hanya ada aku, laptop, buku, dan kertas-kertas yang berserakan...
tak peduli jam berapa, tak peduli baru saja memejamkan mata, aku segera terbangun begitu terlintas rangkaian pemikiran dikepalaku...
dan sungguh aku begitu bahagia...:)
karena saat itulah aku merasa menemukan diriku, yang tak terpenjara oleh keinginan-keinginanku untuk malas, yang tak peduli meski sering tulisan-tulisanku tak mendapat kabar.
dan satu hal yang penting, setiap selesai dengan satu lombaku aku tahu bahwa aku bisa...dan k ata-kata itu terasa benar bagiku..
"saat kamu berusaha maka alam akan membantumu"
pun dengan kata-kata indah seorang Andrea Hirata
"Saat kamu berusaha meraih mimpimu maka kamu akan menemukan keajaiban-keajaiban kecil menyertainya (aku lupa kata-kata pastinya)"

Dan kini???
aku mencoba berpositif thinking
aku yakin Allah sedang membawaku menuju suatu episode kehidupan yang lain, yang hikmahnya belum mampu kusingkap seluruhnya...(amin)
Namun sungguh, aku rindu menulis !!!