Kamis, 05 Agustus 2010

Ironi

Awalnya aku pikir ini hanya gambaran kecil saja, tapi sepertinya pikiran itu harus ditinjau lagi...

Suatu hari di semester 4, tanggalnya lupa...
Kuliah siang hari yang bikin gerah sejujurnya terkadang menerbitkan rasa enggan untuk beranjak ke ruang kelas. Namun apa daya, SPP sudah dibayar, kegiatan lain pun tak ada, maka tak ada pilihan lain selain bertemu dengan sang dosen diruang kelas. Sebelum menunaikan kewajiban untuk belajar, kutunaikan dulu kewajibanku pada-Nya, shalat dzuhur.
Mushola cukup ramai,apalagi tempat akhwat yang memang cukup sempit membuat keadaan cukup sesak. Karena dikejar waktu kuliah mau tak mau aku pun harus segera melaksanakan kewajibanku itu. Padahal jika tak ada kuliah, aku lebih suka menunggu keadaan agak sepi dulu baru shalat (entahlah, pikiran ini salah atau tidak). Shalat agak terburu-buru, benerin jilbab juga terburu-buru, dan terburu-burulah pula aku melangkahkan kaki keluar mushola. Namun....aku berhenti seketika. didepanku seorang ibu tengah menunaikan shalat. Bukan apa-apa, aku melihat suatu keganjilan. Ibu itu memakai mukena, tapi hanya mukena atasannya saja! otomatis aurat dikakinya terbuka dan dapat dilihat siapapun, meskipun ibu itu memakai rok panjang. aku tercengang...
aurat itu... bukankah berarti shalatnya tidak sah ???
kepalaku pening, baru kali ini kulihat hal seperti itu

Rabu, 04 Agustus 2010 setelah rapat OC PPSMB
Kali ini juga agak grasa-grusu aku datang ke kampus. Sebelumnya aku tidak bisa datang untuk briefing pemandu karena harus bertemu dengan seorang teman, urgent. hujan yang deras cukup menghambatku untuk kembali ke kampus,padahal jam 4 sore itu aku harus datang dalam rapat OC PPSMB. maka begitu hujan mulai reda aku dan temanku buru-buru meluncur ke kampus, meski dengan pakaian yang cukup basah. Teringat belum shalat ashar aku pun segera melangkahkan kaki menuju mushola. "daripada shalatnya entar-entar, ga tau deh selesai rapat jam berapa" begitu pikirku dalam hati.
Mushola sepi, hanya sepasang sepatu dengan hak yang cukup tinggi kulihat di depan mushola. karena tak mungkin menitipkan tas pada siapapun, maka kuputuskan tas kubawa sembari mengambil wudhu. Ketika hendak takbiratul ihram, lagi-lagi aku tercengang. disampingku seorang ibu tengah menunaikan shalat dengan rambut (tepatnya poni) yang tergerai keluar. Ups ! jika dilihat dari tatanannya, aku yakin poni itu bukan tidak sengaja terlihat melainkan memang sengaja ditata seperti itu. aku meringis dalam hatoi "iya sih bu kalo mau shalat itu harus rapi, indah, enak dipandang, tapi bukan dengan memperlihatkan aurat " sejujurnya bingung, antara ingin tertawa atau tersenyum kecut.

Hmm...ya, awalny aku pikir hanya beberapa gelintir orang saja yang belum memahami mengenai wajibnya menutup aurat ketika shalat. tapi setelah melihat dua kejadian diatas dan kejadian-kejadian lain yang serupa, pikiranku terbuka. rupanya pr itu masih banyak.mmm...aku pikir penting untuk menempel semacam slogan atau apalah di mushola akhwat tentang shalat, terutama mengenai aurat.