Rabu, 27 Oktober 2010

Muhasabah

Aku yang tak biasa dan tak suka dengan cuaca panas kali ini terpaksa berdamai dengan alam. Merapi yang meletus membuat cuaca Yogya yang sudah panas menjadi semakin panas. Inginya berdiam diri di DS, namun beberapa amanah mengharuskanku menginjakkan kaki keluar. Belum satu jam berada diluar,bajuku sudah basah oleh keringat. Tiba-tiba saja teringat apa yang dikatakan abi di kelas pagi tadi "panasnya cuaca seharusnya membuat kita bisa merasakan sedikit panasnya neraka", semua tercenung, aku yang sempat terkantuk pun terlonjak.
Ini pertama kalinya bagiku berdekatan dengan bencana. Sepanjang hidupku (alhamdulillah) tak pernah kulihat dahsyatnya bencana alam dengan mata kepalaku sendiri. Tidak banjir, gempa, gunung meletus, apalagi tsunami. Hanya mendengar cerita dan cerita. Cerita ibuku tentang meletusnya gunung galunggung dengan hujan abunya yang tebal, cerita nenekku tentang kejamnya tentara jepang,dan cerita-cerita lain yang tentu menggiriskan. Namun kali ini, begitu dekat. Seharusnya ini menjadi muhasabah bagiku, menjadi alarm tanda bahaya bagi ibadahku yang sering tak sempurna, ampuni hamba Ya Allah ...

Jumat, 15 Oktober 2010

Sunyi *

Merindukan kesunyian
tak perlu berlama-lama, hanya membutuhkan beberapa jenak saja
antara aku dan hidupku
berdialog,menemukan muara atas semua pertanyaan
hendak kubawa kemana semua ini ?

Selasa, 05 Oktober 2010

Sebuah Pesan

Bersabarlah sepahit apapun luka yang tertoreh
Karena hidup terlalu ringkih tanpa pengorbanan
Jadilah seperti rumput yang lemah lembut namun tak luruh meskipun ribut
Jadilah setegar karang didasar lautan yang tak goyang diterjang gelombang
Teguhkan pendirianmu sepanjang hidup dan usiamu
Jangan mudah berputus harapan
Karena tidaklah pantas seorang mukmin berputus asa dari rahmat Allah :)


*jazakillah mba dida sayang...*

Minggu, 03 Oktober 2010

Tegar

Seperti suplir yang tetap kokoh
meski tangan manusia merebutnya dari akar
mencerabutnya dari tempat yang nyaman
ia tak bergeming !
tak merubah dirinya menjadi bunga layu
tak berniat merontokkan daun-daunnya yang indah
ia bunga, dan tetap menjadi bunga
tak peduli sekitar, tak peduli lingkungan
izinkan aku seperti itu Tuhan...
menjadi akhwat istqomah
menjadi akhwat pembelajar


*setelah mendapat bunga suplir dari mba Lala --> Ukhuwah yang indah*

Sabtu, 02 Oktober 2010

Yipi, That is My Ira

Wajah saudariku yang satu ini memang selalu ceria, tak pernah kehabisan tawa meski kadang suka anarkis, he...dia memang istimewa, tahu kapan saat aku butuh nasehat dan tahu kapan saat aku hanya butuh didengarkan. Yang paling membuatku tak mengerti bagaimana dia bisa tahu bahwa dikepalaku sedang bertumpuk banyak pikiran, dan dengan tenangnya dia akan mendengarkanku, hanya mendengarkan ! dan itu sudah sangat membuatku lega. Pernah suatu kali dia membuatku tertawa terpingkal dengan kata-katanya, yang dengan cueknya bilang "awas aja na kalo setiap pulang dari kampus mukamu masih kayak marmut kejepit pintu", hahaha...aku tak bisa menahan tawa ketika itu. Sekali lagi, dia memang istimewa, meski juga anarkis... :)

Dan magrib kemarin aku bertemu dengannya dimasjid. Mba Galuh pemandu kami sampai harus menengahi, karena yah sekali lagi dia mendzalimi diriku, meski kadang gantian, hehe... mau shalat masih ribut berdua, apalagi aku bersebelahan dengannya, maka dengan sigap mba galuh bertukar tempat dengannya. shalat pun bisa dimulai dengan tenang. Imam baru saja membaca surat al fatihah ketika tiba-tiba ku dengar suara berdebum, awalnya kukira itu suara de Hamas yang biasanya bermain-main dibelakang ketika kami sedang jama'ah, tapi kemudian kudengar suara erangan, suara kesakitan ! ya Allah...pikiranku tak lagi fokus ! rupanya saudariku itu yang tengah mengerang kesakitan, asmanya kambuh ! shalat tak mungkin ditinggalkan, beberapa akhwat dengan sigap membantu saudariku itu. selesai shalat kulihat dia terkapar dimasjid, dengan wajah yang lelah, dengan nafas yang tersengal. tak ada yang bisa kulakukan, hanya sebaris doa yang terlantun di hati untuk kesembuhannya. Penyakitnya yang kambuhan itu terkadang membuatku khawatir, tak bisa kubayangkan jika tiba-tiba saja asmanya kambuh saat dia tengah mengendarai motor. ya allah jangan...lebih dari itu sebenarnya Allah tengah memberiku peringatan bahwa seperti asma yang bisa muncul tiba-tiba, kematian pun akan menjemput tanpa permisi, tanpa melihat kita siap atau tidalk.
ah saudariku, bahkan saat tengah kesakitan pun engkau memberiku banyak pelajaran dan hikmah...

*di kelas, kulihat dia sudah tertawa-tawa lagi, dan tetap anarkis, apalgi aku satu kelompok tahsin dan tahfidz dengannya. Tuh kan, waktu lagi setor hafalan masih bisa-bisanya dia menggangguku, dan kali ini mba dida yang beraksi, hehe* peace ya mba...:)

Jumat, 01 Oktober 2010

Beliau...Inspirasiku

Saat-saat seperti ini selalu hadir kerinduan untuk kembali pulang kampung, merindukan suasana yang damai meski alasan yang paling tepat mungkin untuk melarikan segala kegunadahan. dan entah kenapa kemudian terlintas bayang-bayang wajah murobbiyahku yang sekarang nun jauh di Jakarta sana.
Maka aku coba searching dengan mengetik nama beliau di mesin mbah google.
Nothing !

ya sudahlah...bukan rezekiku untuk mengetahui keadaan beliau saat ini, tapi kemudian sebaris nama membuncahkan semangatku. Bukan nama murobbiyahku, melainkan sebuah nama yang cukup ku kenal, Nuha ! aku ingat itu adalah nama putri pertama beliau... kubuka web tersebut, dan benar saja disana tertulis bahwa Nuha adalah putri murobbiyahku. Kubaca artikel itu samapai tuntas, dan seketika buncahan kerinduan itu semakin menjadi.

Sosok beliau yang tenang dan cerdas selalu membuatku iri, mampukah aku meneladani beliau ? seorang muslimah cerdas, teguh memegang prinsip, ibadah yang tak putus hingga kemampuan bermasyarakat yang jempolan. Pun aku tak heran jika sekarang putri beliau menjadi murid teladan...ah, selalu...orang-orang yang membuatku iri adalah mereka yang tak kenal malas, fokus pada orientasi, dan tahu untuk apa mereka disini. Aku iri pada apa yang ada di hati mereka, pada semangat yang menyala-nyala, dan pada kesungguhan mencari cinta-Nya. Mereka telah berhasil (insya allah), dan kini giliranku, akan seperti apa kelak aku membawa diriku, keluargaku dan lingkunganku ? hanya 1 jawaban, berhasil atau gagal...
Ya Allah, persiapanku belumlah apa-apa...

#terngiang kata-kata beliau " de, hati itu tidak akan bisa disentuh kecuali oleh hati yang tulus"