Senin, 12 Desember 2011

Dekat Mendekatkan

Sebuah catatan kecil saja. Tentang sebuah jarak, tentang sebuah kedekatan.
Bila banyak yang sibuk menorehkan ukiran catatan perjalanan sejauh mungkin, maka tengoklah. Mungkin ada hal-hal terdekat yang kita lupakan. Tetangga yang sakit, nama pak RT, gedung sekolah yang rusak, uban dirambut orangtua yang tak lagi sebanyak hitungan jari. Dekat, namun mungkin terlupakan. Ya, meski tak ada maksud untuk melupakan.

Maka berjalanlah, tengoklah hal-hal disekitar kita. Entah itu tetangga, makanan, tempat wisata, kabar desa. Dan inilah beberapa hal yang baru "kutengok" selama hampir 4 tahun keberadaanku di Kota Budaya ini. Dekat, tapi terlewatkan.


Sate Padang

Letaknya sepelemparan batu saja dari kosku. Mungkin karena tersugesti dengan makanan berlabel "padang" yang biasanya kurang ramah dengan kantong mahasiswa, sehingga baru-baru ini saja dapat bertandang ke tempat ini. Dan ternyata..emang agak mahal sih, hehe. tapi rasanya cukup berbeda dengan bumbu rempah-rempahnya, walaupun sayang...daging satenya kurang banyak (itu sih maunya) :)


Monumen Jogja Kembali (Monjali)


Pintu masuk Monjali
 


 
Monumen "Kerucut" Monjali....mumpung ada si hello kity, narsis dikit boleh dong y :)   





  Monumen Yogya Kembali ada 3 lantai. tapi sialnya waktu itu salah masuk, jadi langsung ke lantai 2 terus ke lantai 3, barulah turun naik lift ke lantai 1!gubrak banget kn?
di lantai 2 isinya diorama-diorama tentang sejarah zaman kemerdekaan dulu. ga begitu jelas kemerdekaan zaman mana, karena dioramanya ada dilorong yang melingkar dan gelap banget!hiiyyyy...ditambah suara-suara yang menjelaskan tentang peristiwa zaman baheula itu tapi lebih mirip suara-suara di film horor. Belum lagi waktu itu hanya ada aku dan temanku, iya, cuma berdua tok! jadinya boro-boro menikmati diorama, yang ada malah pengen cepet-cepet keluar nyari cahaya. haha, emang dasarnya penakut sih....


 Dilantai 3 ada semacam ruang untuk mendoakan arwah para pahlawan. Isinya cuma ada tiang bendera ditengah-tengah ruangan, udah selesai...mati gaya kan? tapi desainnya emang keren. didinding ada semacam kata-kata yang diukir gaya teks proklamasi gede banget, terus dilangit-langit ada gambar-gambar tangan yang berpegangan. sayang ga ada fotonya....bingung mau ngapain, akhirnya kita turun ke lantai 1 pake lift yang sempit banget...


Di lantai 1 ruangannya lebih banyak. ada ruang-ruang pameran yang memamerkan barang-barang zaman dulu, yang paling diinget sih dipamerin bajunya pejuang siapa (lupa namanya) saat tertangkap. tapi ga tau juga itu baju benar-benar asli atau ngga. ada juga ruang serbaguna, aku sama temenku malah duduk-duduk dikursi sana sambil ngobrol lama, cuek banget...hehe, dan seenaknya sendiri menduga-duga kalau ruangan itu sebenarnya ruangan bulutangkis. secara dibawah ruangan ada garis-garis persis dilapangan bulutangkis (sebagai orang yang suka nonton bulutangkis so pasti aku hafal banget). ada juga ruang perpustakaan dan handicraft yang sayangnya masih tutup.
Tapi yang lucu di lantai 1 kita bisa nonton TV! haha... jadi ada ruangan yang disekat pake tirai bambu dan ternyata didalamnya ada kursi-kursi dan televisi. TVnya nyala, chanelnya RCTI!ckck...mumpung ga ada orang kita pun nonton dengan santainya disana. temanku itu malah cuek tiduran di kursi yang panjang, haha...pengunjung paling bandel deh!


Secara umum sebenarnya letak Monjali udah stategis banget, ditengah kota dan ada shelter busway pula. Lingkungannya pun bersih, tanaman-tanamannya rapi banget, cukup luas juga...hanya ada beberapa hal saja di dalam museum yang cukup membosankan. Mungkin itulah sebabnya sedang dilakukan pembangunan banyak hal. Saat berkunjung kesana sedang dibangun arena permainan dan berbagai arena lain. Itulah kenapa ada si hello kity itu yang ikut nongol di foto. Mungkin kalau pembangunannya sudah selesai, aku mau berkunjung kesana lagi...


























Selasa, 06 Desember 2011

Episode Satu Jari

Orang bilang zaman ini zaman canggih, dengan satu jari semuanya...beres!
mau ikut pemilu? tinggal nyoblos di TPS dan diberi tinta dijari kelingking...satu jari!
mau kirim pesan? tinggal pencet-pencet keypad handphone dengan jempol tangan...satu jari!
mau ambil uang? tinggal sentuh layar touchscreen ATM dengan jari telunjuk...satu jari!
Olala...satu jari ternyata bisa mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan kita...
Lalu bagaimana jika satu jari ini juga membuat malas pergi kemanapun (jalan-jalan,ngampus,bahkan ke kamar mandi!) ?
ya, itulah yang aku alami...

Satu jari yang mempengaruhi kehidupanku kini bukan termasuk jari-jari yang "diperhitungkan". Yup, apalah artinya jari tengah kaki kanan jika dibandingkan dengan jari telunjuk, jempol, dan kelingking yang bisa mempermudah hidup manusia? jari tengah (kaki pula) tak bisa digunakan untuk memencet keypad, mengambil uang,mencoblos kala pemilu, bahkan untuk menendang benda kecil saja harus bersama-sama dengan jari lainnya. menyedihkan bukan? :(
Eits...tapi jangan salah...

Jari tengah kaki kananku kini tengah memegang peranan penting. ya, semenjak penyakit yang bernama mata ikan menggerogoti (lebay!) jari tengah kaki kananku itu, aku jadi males pergi kemanapun. entah pula apa itu penyakit mata ikan, yang besarnya tidak lebih dari biji jeruk ukuran kecil namun sakitnya luar biasa jika tertekan. Alhasil karena tak tahan dengan sakitnya, si mata ikan ini pun diambil dengan operasi kecil di klinik kampusku. Awalnya biasa saja karena aku pikir ini hanya operasi kecil, namun melihat jarum suntik ternyata ciut juga. Dan benar saja, saat  jarum suntik masuk ke dalam jari yang terkena mata ikan itu (udah mata ikannya sakit, disuntik pula) sakitnya juga bukan main. namun setelah itu, ploooong....ternyata cairan didalam jarum itu adalah obat bius lokal untuk membius jariku. Tak jelas benar apa yang dilakukan dokter, aku hanya merasakan jariku tengah dikorek-korek...Tapi..loh...kok ada asap? sempat panik sebentar, tapi kemudian aku tahu bahwa cara untuk mematikan si mata ikan itu dengan cara dibakar.
Tak lama kemudian operasi kecil itu pun beres, karena penasaran aku meminta dokter untuk memperlihatkan wujud si mata ikan itu. Oh...gitu toh...bentuknya simpel saja, bulat kecil namun keras dibagian tengah. bagian yang keras itu rupanya mempunyai akar dan berwarna bening.

Fiuh...meski harus berjalan dengan terpincang-pincang tapi aku cukup lega. sekarang tinggal perawatannya saja, tidak boleh terkena air dan 2 hari lagi harus ganti perban, begitu petuah dokter. okelah...gampang!
Tapi rupanya, praktek tak segampang teori. petuah tak boleh terkena air ini benar-benar membuat susah. mau mandi, harus membungkus kaki kanan dengan kresek kecil dulu (udah kayak daging kurban pake dikresekin segala), belum berdirinya juga tidak bisa tegak karena takut air merembes ke dalam kresek. alhasil, jadilah males mandi,hehe. mau nyuci, jelas tidak mungkin (okelah, ini bisa dimanfaatkan sebagai alasan untuk laundry, horeeee...ups!), mau bersihin kamar mandi apalagi, intinya segala aktivitas yang berhubungan dengan kamar mandi jadi terasa menyebalkan. Belum lagi harus berdiam diri di kos, oh tidaaak...bisa mati gaya! karena walaupun si mata ikan ini bukan ditelapak kaki (tapi dipinggir jari) tetap saja rasanya nyut-nyutan jika berjalan. Karena senewen, aku pun nekat berjalan cukup jauh demi menghindari mati gaya di kos. Hasilnya? setelah kembali ke klinik untuk ganti perban, ternyata luka di jariku itu malah lembab dan bengkak, hiks hiks...
aku pun baru tahu bentuk jari tengah kaki kananku sekarang, pinggirnya bolong dengan daging yang terlihat. huwaaaaa.....
Jadilah kembali ke episode semula, dikasih obat lagi, diperban lagi, dan...sakit lagi! :(

Melihat kondisi seperti itu, dokter menyarankanku untuk merawat lukaku itu sendiri. Caranya, setiap pagi   diberi betadine dan diplester, sementara jika malam hanya diberi betadine saja. Dan karena lukaku itu ada dibagian pinggir, setiap kali mau tidur dua jari disebelahnya harus "diikat" agar tidak bersentuhan dengan jari tengahku. selain itu, sela-sela jari tengah dan jari manis harus disumpal kain kasa agar terdapat jarak. Ribet....-_-". Sebenarnya alasan utama kenapa aku harus merawat lukaku sendiri adalah karena aku termasuk tipe orang dengan keringat berlebih (hyperhidrosis). Jadi, mau bagaimanapun caranya aku menjaga perban lukaku tetap kering, lukaku akan tetap lembab karena keringat. Capek deh... itulah kenapa aku tidak boleh pergi  terlalu jauh, karena pasti akan berkeringat dan membuat lukaku bertambah lembab. Itu artinya juga, lukaku akan semakin lama sembuh dan...semakin mata gaya dikos!Tidaaaak..... 

Yup,begitulah....satu jari. Satu jari yang selama ini tak kuperhitungkan keberadaannya, satu jari yang kadang mungkin tak kuhargai, satu jari yang juga mungkin sering terlupakan...kini menunjukkan eksistensinya. Ia tengah menyadarkanku bahwa tak ada satupun yang diciptakan Allah itu sia-sia. Sekecil apapun, setidakberharganya pun bagi kita, ternyata tak ada yang sia-sia bagi-Nya. Satu hikmah yang menamparku, yang mengingatkanku untuk tidak menyia-nyiakan hal-hal kecil.
Meski begitu., kadang masih malu mengakui penyakit yang "tak elit" ini, bayangkan saja jika ditanya :

X     : katanya habis operasi nin? (tentunya dengan nada khawatir)
Aku : iya, operasi kecil..
X     : memangnya sakit apa? 
Aku : mata ikan... (dengan nada rendah)
 X    : hah?apaan tuh mata ikan? 

 Ga elit kan?ckck...tapi lagi-lagi aku disentil, ketika dengan nada bercanda kukirimkan balasan sms ini pada seorang teman yang menanyakan keadaanku :
"iya nih, habis operasi kecil mata ikan. ga elit bgt ya sakitnya?hehe" (masih ketawa pula)
dan dengan skak mat dia menjawab "bersyukurlah teh. dikasih sakit ga parah malah minta yang parah"
Jleb! nusuk...dalem...
ah manusia....

                                      Peralatan perangku : Kain Kasa, Betadine, Plester